PENDEKATAN SUPERVISI PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. Latar Belakang

Dalam pendidikan salah satu hal yang tidak bisa diabaikan adalah adanya supervisi. Supervisi penting keberadaanya untuk mengawasi setiap pola dan kinerja seseorang yang bertujuan untuk efektif dan efisiennya kegiatan di lembaga yang bersangkutan. Pada mulanya supervisi hanya dipakai dalam lingkungan sekolah yaitu oleh kepala sekolah terhadap guru-guru atau staf yang berada dibawahnya[1], seiring berjalannya waktu dan berkembangnya pendidikan yang sarat dengan berbagai problema yang muncul, maka kemudian supervisi meluas tidak hanya di lembaga pendidikan saja tetapi berhubungan dengan pemerintahan yang menaungi pendidikan, semisal Kemendikbud atau Kemenag dengan menjadikan seseorang sebagai supervisor dalam rangka mengawasi kinerja dan segala bentuk kegiatan yang ada dalam proses belajar mengajar di sekolah, terutama mengawasi tugas kepala sekolah.

Di sekolah, peran kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap mutu dan kualitas lembaganya, kepala sekolah juga berperan sebagai supervisor, hal ini perlu dilakukan untuk mengawasi dan mengevaluasi kinerja guru-guru dalam rangka perbaikan dan pengembangan pembelajaran. Namun dalam hal ini kepala sekolah tidak mesti bersikap otoriter terhadap bawahan (para guru), pengawasan yang diberikan kepala sekolah terhadap guru adalah melalui pembinaan , pengarahan dan bimbingan yang baik terhadap para guru dengan maksud meningkatkan profesionalisme guru dan menigkatkan kualitas dan menjamin mutu pendidikan di lembaga tersebut baik dan berjalan efektif sesuai dengan visi misi lembaga.

Kepala sekolah memiliki kewajiban untuk membina kemampuan guru, dengan demikian kepala sekolah hendaknya melaksanakan supervisi secara efektif. Banyaknya masalah yang muncul dalam pendidikan mengharuskan supervisi dilaksanakan di lembaga pendidikan yaitu untuk memperbaiki mengajar dan belajar dan untuk membimbing pertumbuhan kemampuan dan kecakapan profesional guru. Lebih tegas dinyatakan Fritz Carrie dan Greg Miller, bahwa bila tidak ada unsur supervisi, sistem pendidikan secara keseluruhan tidak akan berjalan dengan efektif dalam usaha mencapai tujuan[2]. Dalam PP 19 tahun 2005, pasal 55, Pengawas sekolah memiliki peran yang sangat signifikan dan strategis dalam proses dan hasil pendidikan yang bermutu di sekolah, yaitu meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut pengawas yang harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.

Kepala sekolah yang bertugas menjadi supervisor, yaitu bertugas mengatur seluruh aspek kurikulum yang berlaku di sekolah agar dapat memberikan hasil yang sesuai dengan target yang ditentukan[3]. Maju tidaknya suatu lembaga pendidikan ditentukan oleh peran kepala sekolah, jika kepala sekolah dapat menjalankan tugasnya sebagai supervisor dengan baik maka lembaga pendidikan yang dipimpinnya dapat berjalan baik, supervisi pendidikan memberikan pengaruh besar terhadap perubahan dan perbaikan pendidikan, baik dari perbaikan kurikulum, model pembelajaran yang efektif dikelas sehingga tidak menimbulkan kejenuhan pada peserta didik karena guru yang mengajar dapat menemukan teori-teori dan cara baru dalam mengembangkan proses belajar mengajar yang baik.

Kepala sekolah yang mempunyai fungsi sebagai supervisor harus benar-benar memahami tugas sebagai supervisi, sehingga tidak muncul kecemburuan sosial dikalangan intern terhadap kepala sekolah. Kepala sekolah hendaknya bersikap terbuka kepada guru dan melibatkan guru dalam setiap perencanaan yang hendak dilakukan kepala sekolah dalam mensupervisi bawahan (para guru), sehingga guru sebagai objek dapat memahami tugasnya dan dapat melakukan perbaikan-perbaikan demi meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan yang baik untuk kedepannya. Maka dapat dipastikan jika hal ini yang terjadi guru tidak perlu merasa risau atau takut karena diawasi, justru hal ini membantu terhadap perbaikan proses belajar mengajar dan meningkatkan profesinalisme dan kinerja yang baik.

Dengan demikian, supervisi pendidikan bermaksud meningkatkan kemampuan profesional dan teknis bagi guru, kepala sekolah dan personel sekolah lainnya agar proses pendidikan di sekolah lebih berkualitas, terutama supervisi pendidikan dilakukan atas dasar kerjasama, partisipasi dan kolaborasi, bukan berdasarkan paksaan dan kepatuhan, pada akhirnya dapat menimbulkan kesadaran, inisiatif dan kreatif personel sekolah.


 

  1. Rumusan Masalah

Oleh karena itu, untuk dapat menjalankan supervisi dengan efektif dan baik maka seorang supervisor perlu memahami juga beberapa pendekatan yang bisa dilakukan agar hasil yang hendak dicapai berkualitas dan bermutu tinggi. Maka penulis merumuskan masalah supervisi dalam makalah ini antara lain:

  1. Bagaimana pengertian supervisi pendidikan?
  2. Bagaimana fungsi dan tujuan supervisi pendidikan?
  3. Bagaimana pendekatan-pendekatan dalam supervisi pendidikan?

  1. Tujuan Masalah

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan pada penulisan makalah ini adalah:

  1. Untuk mengetahui pengertian supervisi pendidikan
  2. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan supervisi pendidikan
  3. Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan dalam supervisi pididikan

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Pengertian Supervisi Pendidikan

Istilah supervisi berasal dari bahasa latin “supervideo”, artinya mengawasi atau menilai kinerja bawahan. Mulyasa seperti dikutip oleh Wahyudi menjelaskan bahwa dalam pelaksanaannya sering digunakan secara bergantian dengan istilah pengawasan, pemeriksaan dan inspeksi. Pengawasan dapat diartikan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan management tercapai, juga diartikan suatu kegiatan untuk melakukan pengamatan agar pekerjaan dilakukan sesuai dengan ketentuan. Pemeriksaan dimaksudkan untuk melihat suatu kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai tujuan. Sedangkan inspeksi dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang perlu diperbaiki dalam suatu pekerjaan.

Menurut Sutisna dikutip oleh Wahyudi bahwa secara umum supervision diberi arti sama dengan direction atau pengawasan dan ada kecenderungan untuk membatasi pemakaian istilah supervisor pada orang-orang yang berada dalam kedudukan yang lebih bawah dalam hirarki management.[4]

Supervisi terutama sebagai bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, penilik sekolah dan pengawas serta supervisor lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar, maka banyak pakar yang memberikan batasan supervisi sebagai bantuan kepada staff untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang lebih baik.[5]

Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor agar dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilannya dalam memberikan layanan kepada orang tua peserta didik dan sekolah. Supervisi tidak hanya membatu guru dalam meningkatkan kemampuan mengajar, tapi juga menambah pengetahuan bagi supervisor secara sinergi menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif.

Jhones dikutip oleh Wahyudi menjelaskan bahwa supervisi merupakan yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan dengan tugas-tugas utama pendidikan. Supervisi menitik beratkan pada perbaikan dan pengembangan kinerja guru yang langsung menangani peserta didik.[6]

Dengan istilah yang berbeda Supandi mengartikan supervisi pendidikan adalah bantuan yang diberikan kepada personel pendidikan untuk mengembangkan proses pendidikan yang lebih baik. Personel pedidikan dimaksud meliputi; kepala sekolah, guru dan petugas sekolah lainnya termasuk staf administrasi. Dalam menjalankan tugasnya personel sekolah sering menghadapi masalah-masalah pendidikan, oleh karena itu pengawas sekolah perlu melakukan bimbingan dan pengarahan dalam bidang administratif maupun akademik khususnya perbaikan pada aspek pengelolaan pengajaran yang dilakukan guru.[7]

Salah satu amanat ketetapan amanat MPR RI Nomor IV tahun 1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), bahwa meningkatkan kemampuan akdemik dan profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan.[8]

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud supervisi Pendidikan adalah bantuan yang diberikan oleh seorang supervisor, baik kepada Kepala Sekolah, guru dan tenaga ahli pendidik lainnya melalui pengawasan untuk mencapai tujuan, pengarahan dan bimbingan dalam rangka meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan yang tinggi serta perbaikan dalam proses belajar-mengajar yang lebih efektif dan efisien. Yang menjadi supervisor dalam lembaga pendidikan adalah kepala sekolah yang berperan dan bertanggung jawab dalam mengawasi kinerja bawahannya (guru dan Staf administrasi). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar.

  1. Tujuan Supervisi Pendidikan

Seperti telah dijelaskan di atas, kata kunci dari supervisi ialah memberikan layanan dan bantuan kepada guru-guru, maka tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas belajar siswa.

Secara umum, pembinaan guru atau supervisi pendidikan bertujuan untuk memberikan bantuan dalam mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik, melalui usaha peningkatan profesional mengajar, menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang masng-masing guna membantu mereka melakukan perbaikan dan pembinaan dalam rangka meningkatan kualitas pendidikan[9]. Dalam rumusan yang lebih rinci, Djajadisastra mengemukakan tujuan pembinaan guru atau supervisi sebagai berikut :[10]

  • Memperbaiki tujuan Khusus mengajar guru dan belajar siswa;
  • Memperbaiki materi (bahan) dan kegiatan belajar mengajar;
  • Memperbaiki metode, yaitu cara mengorganisasi kegiatan belajar megajar;
  • Memperbaiki penilaian atas media;
  • Memperbaiki penilaian proses belajar dan hasilnya;
  • Memperbaiki pembimbingan siswa atas kesulitan belajarnya;
  • Memperbaiki sikap guru atas tugasnya

Dalam buku Pedoman Supervisi PGAN sebagai acuan atau landasan pelaksanaan supervisi Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) menyebutkan bahwa tujuan supervisi ialah mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi. Situasi belajar yang lebih baik dapat dicapai melalui pembinaan/ peningkatan kemampuan guru dalam proses penyusunan program pengajaran, penyampain bahan pelajaran dengan sistem tertentu kepada siswa. Hal ini dengan jelas tercantum dalam Undang-undang tentang pendidikan dan pengajaran No. 12 tahun 1945 Bab XVI pasal 27 yang berbunyi : “Pengawas pendidikan dan pengajaran berarti memberi pimpinan kepada para guru untuk mencapai kesempurnaan pekerjaannya[11].

Menurut Sahertian dan Mataheru tujusn supervisi ialah:

  • Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan;
  • Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid;
  • Membantu guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar;
  • Membantuguru dalam menggunakan metode ataualat pembelajaran;
  • Membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid;
  • Membantu guru dalam menilai kemajuan murida dan hasil pekerjaan guru;
  • Membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka;
  • Memabantu guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperoleh;
  • Membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
  • Membantu guru agar waktu dan tenaga tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolahnya.

Dengan demikian tujuan supervisi pendidikan meningkatkan kemampuan profesional dan teknis bagi guru, Kepala Sekolah dan personel sekolah lainnya agar proses pendidikan di sekolah berkualitas. Supervisi pendidikan dilakukan atas dasar kerjasama, partisipasi dan kolaborasi bukan karena paksaan.

 

  1. Fungsi Supervisi Pendidikan

Fungsi diartikan sebagai tugas aktif dari kegiatan supervisi yang dilakukan oleh orang yang berkedudukan sebagai supervisor. Herabuddin mengatakan bahwa fungsi dari supervisi pendidikan adalah untuk memotivasi idealisme para guru dan mengupayakan fasilitas begitu juga sebagai media pembelajaran yang akomodatif agar proses pembelajaran berjalan lancar dan sempurna.[12]

Berbeda halnya dengan Sutisna, beberapa Fungsi Supervisi adalah sebagai berikut:

  • Supervisi berfungsi sebagai penggerak perubahan, seringkali guru menganggap tugas mengajar sebagai pekerjaan rutin dari waktu ke waktu, Tidak mengalami perubahan baik dari materi ataupun metode. Keadaan demikian perlu ada inisiatif dari kepala sekolah atau supervisor untuk mengarahkan guru agar melakukan pembaharuan materi belajar sesuai dengan kemajuan IPTEK dan lingkungan;
  • Supervisi berfungsi sebagai program pelayanan, untuk memajukan pengajaran, dalam situasi belajar sering terjadi masalah baik oleh guru ataupun oleh siswa. Guru sering mengalamai kesulitan dalam merencanakan, merencanakan dan mengevalusi pembelajaran. Maka, dalam hal ini supervisor memberikan arahan dan bimbingan kepada guru agar dapat mengelola pembelajaran lebih efektif termasuk menyelsaikan masalah-masalah belajar siswa;
  • Supervisi berfungsi meningkatkan kemampuan hubungan manusia untuk mencapai tujuan, guru ataupun Kepala Sekolah tidak melakukan sendiri, peru adanya kerjasama dengan masyarakat. Kenyataannya tidak semua guru dan kepala sekolah mempu melaksanakan hubungan kerjasama dengan pihak-pihak terkait. Maka tugas supervisor membantu guru mengenali diri dan mengenali tugas-tugasnya serta menyelesaikannya. Yang terpenting adalah membantu guru dan kepala sekolah untuk meningkatkan kerjsama dengan orang tua siswa, masyarakat atau dengan instansi terkait;
  • Supervisi sebagai kepemimpinan kooperatif, keberhasilan supervisi tidak hanya ditentukan oleh kemampuan supervisor dalam menjalankan tugas dan fungsinya akan tetapi memerlukan dukungan dan partisipasi dari kepala sekolah, guru-guru, konselor dan orang tua siswa secara bersama-sama ikut memkirkan perkembanan anak didik ke arah tercapainya tujuan sekolah. Oleh karena itu, tugas supervisor tidak hanya menilai kinerja guru tetapi turut membantu guru untuk memajukan proses pembelajaran.

Dari beberapa fungsi yang telah disebutkan di atas, jika hal ini dilakukan secara terus menerus dan konsisten maka akan tercipta kondusifitas belajar yang baik dan membantu meningkatkan profesionalisme guru dan tenaga kependidikan lainnya.

  1. Pendekatan Supervisi Pendidikan

ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan oleh seorang supervisor, hal ini tentu lebih memudahkan supervisor ketika mensupervisi bawahannya, supervisor dapat memilih pendekatan mana yang akan digunakan sesuai dengan kondisi lembaga yang bersangkutan, karena setiap pendekatan dalam supervisi pendidikan memiliki karakteristik yang berbeda. Pemilihan yang tepat bergantung pada masalah yang dihadapi dan tujuan yang hendak dicapai. Untuk kepentingan yang dimaksud, beberapa pendekatan supervisi yang dikemukakan oleh Wahyudi adalah pendekatan kolegial, pendekatan individual, pendekatan klinis dan pendekatan artistik dalam pengajaran.[13]

  1. Pendekatan Kolegial

Supervisi kolegial atau yang biasa disebut supervisi rekanan diistilahkan dalam beberapa nama antara lain, peer supervision, cooperative professional development dan bahkan sering dikatakan collaborative supervision. Supervisi kolegial sebagai proses formal moderat dimana dua orang guru atau lebih bekerjasama untuk kepentingan perkembangan profesional guru. Bentuk supervisi kolegial menurut Kimbrough adalah :

  1. Pertemuan guru-guru dengan agnda yang jelas dan membicarakan topik-topik yang berkaitan dengan kemajuan pendidikan di sekolah;
  2. Lokakarya (workshops) yaitu dengan kegiatan kelompok yang terdiri dari Kepala Sekolah, Supervisor (Pengawas) dan guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui percakapan dan bekerja secara kelompok;
  3. Observasi sesama guru di kelas yaitu dengan melibatkan sesama rekan guru secara bergantian untuk melihat dan menilai kegiatan pembelajaran di Kelas dengan keberhasilan dan kekurangannya.
  4. Pendekatan Individual

Pendekatan ini disebut dengan wawancara individual yaitu kesempatan yang diciptakan oleh pengawas atau kepala sekolah untuk bekerja secara individual dengan guru sehubungan dengan masalah-masalah profesionalnya. Pendekatan ini, menekankan pada tanggung jawab pribadi guru terhadap prfesionalismenya. Bentuk dari pendekatan ini adalah guru membuat rancangan pembelajaran, selanjutnya disampaikan kepada supervisor, Kepala Sekolah atau pihak lain yang kompeten. Pada akhir semester, biasanya guru dan supervisor bertemu untuk membicarakan kendala yang dihadapi selama melaksanakan program pembelajaran. Pendekaran ini cocok bagi guru yang lebih suka bekerja sendiri.

  1. Pendekata Klinis

Pendekatan klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan pembelajaran dengan tahapan atau siklus yang sistematis dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang logis dan intensif mengenai penampilan mengajar yang nyata dalam mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Ada beberapa tahapan perencanaan supervisi klinis:

  1. Tahap pertemuan awal, merupakan pembuatan kerangka kerja, karena itu perlu diciptakan suasana akrab dan terbuka antara supervisor dengan guru sehingga guru merasa percaya diri dan memahami tujuan diadakan pendekatan klinis;
  2. Tahap obsevasi kelas, guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai pedoman dan prosedur yang disepakati pada tahap awal. Selanjutnya supervisor melakukan observasi berdasarkan instrumen yang telah dibuat dan disepakati dengan guru. Setelah observasi, sepervisor mengumpulkan informasi untuk membantu guru dalam menganalisis pembelajaran;
  3. Tahap pertemuan akhir atau balikan, supervisor mengevaluasi hal-hal yang terjadi selama observasi dan seluruh siklus proses supevisi dengan tujuan meningkatkan perfomansi guru. Pertemuan akhir ini merupakan diskusi umpan balik antara suprvisor dan guru. Supervisor memaparkan data objektif sehingga guru dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan selama pembelajaran berlangsung. Dasar dari balikan terhadap guru adalah kesepakatan tentang item-ite observasi yang telah dibuat sehingga guru menyadari tingkat prestasi yang dicapai.

Ada beberap ciri-ciri dari supervisi klinis adalah; 1) hakikatnya supervisor dan guru sederajat dan saling membantu meningkatkan kemampuan profesionalism, 2) Fokus supervisi klinis pada perbaikan cara mengajar, bukan mengubah kepribadian guru, 3) balikan supervisi klinis didasarkan atas bukti pemgamatan, 4) bersifat konstruktif dan memberi penguatan pada pola dan tingkah laku yang telah dicapai, 5) Tahapan supervisi klinis merupakan kontinuitas dan dibangun atas pengalaman masa lampau, 6) Supervisi klinis merupakan proses memberi dan menerima yang dinamis, 7) guru mempunya kebebasan dan tanggung jawb untuk mengemukakan persoalan menganalisis cara mengajarnya sendiri dan mengembangkannya, 8) Supervisor mempunyai kebebasan dan tanggung jawab untuk menganalisis dan mengevaluasi cara melakukan supervisi, 9) Guru mempunyai prakarsa dan tanggungjawab dalam meningkatkan kompetensi pedagogik, 10) Supervisor dan guru bersifat terbukadalam mengumpulkan pendapat dan saling menghargai.

  1. Pendekatan Artistik Dalam Supervisi Pengajaran

Menurut Good V. Carter, artistik adalah kegiatan manusia yang terarah pada pencapaian suatu tujuan, tetapi dalam pemkaian umum terbatas pada kegiatan yang melibatkan kemampuan kreatif kecerdikan pertimbangan dan keterampilan. Pendekatan artistik dalam supervisi pengajaran adalah setiap bentuk layanan bantuan profesional kepada guru-guru secara individu maupun kelompok dalam rangka perbaikan pengajaran dan perbaikan program kurikulum melalaui proses yang memerlukan intuisi, kreatifitas, kecerdikan, keterampilan yang dilakukan oleh supervisor dalam kegiatan supervisi yang belum disepakati secara tertulis dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah dengan cara berusaha menyingkap pengajaran sekaligus menjangkau latar belakang guru. Pendekatan ini mempunyai ciri-ciri :

  1. Menerima kenyataan bahwa supervisor dengan segala kelebihan dan kekurangan, kepekaan dan pengalamannya merupakan instrumen pokok. Dengak kata lain supervisor yang memberikan makna atas segala kegiatan selama proses pembelajaran;
  2. Memerlukan hubungan yang baik anatara supervisor dan guru.

  1. Pendekatan Ilmiah[14]

Pendekatan ilmiah dalam supervisi pembelajaran ini terkait erat dengan pengupayaan efektivitas pembelajaran, artinya memberikan responsi atas kekurangan-kekurangan dalam menilai efektivitas pembelajaran. Kekurang tersebut dapat berupa :

  1. kurang tegasnya dan kurang jelasnya standar-standar yang dipergunakan untuk menilai efektif tidaknya pembelajaran dewasa ini.
  2. Sulit menentukan metode-metode yang paling baik.
  3. Sulit menentukan guru mana yang mengajar dan melaksanakan tugas yang paling baik.

Dalam pandangan ilmiah, pembelajaran dipandang sebagai ilmu (science), maka perbaikan pembelajaran dapat dilakukan Supervisor dengan menggunakan metode-metode ilmiah, ada beberapa langkah dalam melaksanakan pendekatan ilmiah ini, sebagai berikut:

  1. Mengimplementasikan hasil penemuan para peneliti.

Dengan hasil temuan peneliti, akan diketahui mana pembelajaran yang efektif dan yang tidak efektif, tentunya penemuan itu berdasarkan pada teori-teori pembelajaran yang teruji. Sehingga Supervisor bisa mencapai sasaran dari sepervisi.

  1. Bersama-sama dengan peneliti mengadakan penelitian di bidang pembelajaran dan hal lainnya yang bersangkut paut dengannya.

Tindakan penelitian  harus dilakukan oleh Supervisor bersama-sama pembelajaran dan Supervisor akan mendapat gambaran mengenai pembelajaran yang dilakukan oleh guru bersama dengan siswanya.

  1. Menerapkan metode ilmiah dan mempunyai sikap ilmiah dalam menemukan efektifitas pembelajaran.

Sikap ilmiah tersebut, antara lain : jernih dalam memandang persoalan tanpa ada pertensi, menjaga jarak dalam hal yang diamati, obyektif serta menggunakan kerangka-kerangka yang diakui dalam pendekatan ilmiah.

Menurut Piet A. Suhertian, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam supervisi yaitu pendekatan direktif, pendekatan non-direktif dan pendekatan kolaboratif, ketiga pendekatan tersebut bertitik tolak pada teori psikologi belajar, berikut ini penjelasan ketiga pendekatan tersebut[15]

  1. Pendekatan Direktif (langsung).

    Pendekatan ini lahir dari teori psikologi behaviorisme yaitu segala perbuatan berasal dari rileks, atau respons terhadap rangsangan/stimulus. Maka dari itu guru yang mempunyai kekurangan perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi dengan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Adapun yang dimaksud dengan pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung, dengan tujuan agar guru yang mengalami problem perlu diberi rangsangan langsung agar ia bisa bereaksi

Adapun langkah-langkah pendekatan direktif  yaitu : menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolok ukur, dan menguatkan. Dan disimpulkan oleh Sri Banun Muslim dengan istilah prilaku supervisiyaitu: demonstrating (menunjukkan), directing (mengarahkan), standizing (mempersiapkan) dan reinforcing (memperkuat).[16]

Dengan demikian, Supervisor menjadi central yang menentukan perbaikan pada guru, supervisor harus aktif, kreatif, dan inovatif dalam memperbaiki cara mengajar guru, sehingga guru tidak merasa di dikte dalan mengembangkan kemampuannya dan kreativitasnya.

  1. Pendekatan Non-direktif (tidak Langsung).

Pendekatan ini lahir dari pemahaman psikologi humanistik, yang sangat menghargai orang yang akan dibantu, dengan mendengar permasalahan. Dengan demikian pendekatan non-direktif yaitu cara pendekatan terhadap permasalahan yang bersifat tidak langsung. Supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi terlebih dahulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru. Supervisor memberikan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang dialami, oleh karena itu kepribadian guru yang dibina begitu dihormati. Selain itu menurut Sri Banun Muslim, bahwa guru harus mampu memecahkan masalahnya sendiri. Peranan supervisor disini adalah mendorong/membangkitkan kesadaran sendiri dan pengalaman-pengalaman guru diklasifikasikan. Pendekatan ini dilebih tepat digunakan terhadap guru yang proesional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada pendekatan non-direktif ini guru menjadi central yang menentukan perbaikan pada dirinya sendiri. Supervisor hanya membantu, mendorong guru agar mampu mengembangkan kemampuannya dan kreativitasnya.

Adapun langkah-langkah pendekatan non-direktif  yaitu : mendengarkan, memberikan penguatan, menjelaskan, menyajikan dan memecahkan masalah. Dan disimpulkan oleh Sri Banun Muslim dengan istilah prilaku supervisi, yaitu meliputi: listenning (mendengarkan), clarifying (mengklarifikasi), encouriging (mendorong), presenting (menyajikan), problem solving (memecahkan masalah), negotiating (negosiasi), demonstrating (menunjukkan), directing (mengarahkan), standadizing (menyiapkan) dan reinforcing (memperkuat).

  1. Pendekatan Kolaboratif.

Pendekatan kolaboratif ini lahir dari psikologi kognitif, yang beranggapan bahwa belajar adalah hasil paduan antara kegiatan individu dan lingkungan pada gilirannya nanti berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif. Pada pendekatan ini Supervisor dan guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi, pendekatan kolaboratif ini mengunakan kumunikasi dua arah, dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Pendekatan ini dilebih tepat digunakan terhadap guru tukang kritik atau terlalu sibuk. Tugas supervisor adalah meminta penjelasan kepada guru apabila ada hal-hal yang diungkapkannya kurang dipahami, kemudian mendorong guru untuk mengaktualisasikannya inisiatif yang dipikirkannya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya atau meningkatkan pengajarannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada pendekatan kolaboratif ini, yang menjadi central adalah supervisor dan guru. Keduanya saling mengisi untuk menentukan perbaikan  dan pengembangan kemampuan dan kreativitas guru.

Adapun langkah-langkah pendekatan non-direktif  yaitu : menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah dan negosiasi. Dan disimpulkan oleh Sri Banun Muslim dengan istilah prilaku supervisi, yaitu meliputi : presenting (menyajikan), problem solving (pemecahan masalah), dan negotiating (negosiasi).

BAB III

PENUTUP

 

  1. Kesimpulan

Dari penjelasan panjang lebar di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal :

  1. Supervisi pendidikan adalah supervisi pendidikan adalah bantuan yang diberikan kepada personel pendidikan untuk mengembangkan proses pendidikan yang lebih baik. Personel pedidikan dimaksud meliputi; kepala sekolah, guru dan petugas sekolah lainnya termasuk staf administrasi. Dalam menjalankan tugasnya personel sekolah sering menghadapi masalah-masalah pendidikan, oleh karena itu pengawas sekolah perlu melakukan bimbingan dan pengarahan dalam bidang administratif maupun akademik khususnya perbaikan pada aspek pengelolaan pengajaran yang dilakukan guru;
  2. Tujuan supervisi pendidikan adalah adalah memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. Secara umum, pembinaan guru atau supervisi pendidikan bertujuan untuk memberikan bantuan dalam mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik, melalui usaha peningkatan profesional mengajar, menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang masng-masing guna membantu mereka melakukan perbaikan dan pembinaan dalam rangka meningkatan kualitas pendidikan;
  3. Fungsi dari supervisi pendidikan adalah untuk memotivasi idealisme para guru dan mengupayakan fasilitas begitu juga sebagai media pembelajaran yang akomodatif agar proses pembelajaran berjalan lancar dan sempurna;
  4. Beberapa pendekatan yang telah dikemukakan dalam isi makalah diatas dapat menjadi pilihan bagi supervisor dalam melakukan supervisi sesuai dengan kondisi dan keadaan guru yang bersangkutan, antara lain yang dikemukakan oleh Wahyudi antara lain adalah pendekatan kolegial, pendekatan klinis, pendekatan individual atau pendekatan artistik.

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Daryanto, Adminitrasi Pendidikan, PT Rineka Cipta: Jakarta 2005, cet- 3

Suhardan, Dadang. 2006,  Supevisi Bantuan Profesional, Bandung : Mutiara Ilmu

Muhaimin. 2012,Paradigma Pendidikan Islam, bandung: PT Remaja Rosda Karya

Wahyudi. 2012, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar (Learning Organization), Bandung: CV. Alfabeta

http://farkhanbanget.weebly.com/6/post/2014/03/pendekatan-supervisi-pendidikan.html

GBHN Tap MPR No. IV/ MPR/ 1999, Bagian Pendidikan, Jakarta : Sinar Grafika, 2002

Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Depag RI, Jakarta, 2003

http://perahujagad.blogspot.com/2014/10/tujuan-prinsip-model-pendekatan-dan.html

Herabuddin. 2009, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : CV. Pusaka Setia

Imran, Ali. 2012, Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan, jakarta: PT Bumi Aksara

Sahertian,  Piet A. 2000, Kosep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan ; Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Muslim, Sri Banun. 2010,  Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru, Jakarta : CV Alfabeta, IKAPI

[1] Daryanto, Adminitrasi Pendidikan, PT Rineka Cipta: Jakarta 2005, cet- 3, 171

[2] Dadang Suhardan, Supevisi Bantuan Profesional, 2006 , Bandung : Mutiara Ilmu, 32.

[3] Muhaimin, Paradiga Pendidikan Islam, (bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012), 10

[4] Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar (Learning Organization), Bandung: CV. Alfabeta, 2012, 97

[5] http://farkhanbanget.weebly.com/6/post/2014/03/pendekatan-supervisi-pendidikan.html

[6] Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar, 98

[7] Ibid, 99

[8] GBHN Tap MPR No. IV/ MPR/ 1999, Bagian Pendidikan, Jakarta : Sinar Grafika, 2002 Cet. 2

[9] Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Depag RI, Jakarta, 2003, 12.

[10] http://perahujagad.blogspot.com/2014/10/tujuan-prinsip-model-pendekatan-dan.html

[11] Dadang Suhardan, Supevisi Bantuan Profesional, 32

[12] Herabuddin, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : CV. Pusaka Setia, 2009, 22-41

[13] Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah, 104-113

[14] Ali imran, Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan, jakarta: PT Bumi Aksara, 2012. 31

[15] Piet A. Sahertian, Kosep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan ; Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. 2000. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 44-45.

[16] Sri Banun Muslim, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru, 2010, Jakarta : CV Alfabeta, IKAPI. 2010, 80

Leave a comment