PENDIDIKAN ISLAM MENURUT HASAN LANGGULUNG

Ulfatul Hasanah

Mahasiswa Pascasarjana STAIN Pamekasan

Abstrak: banyak konsep pendidikan islam yang perlu dikaji kembali oleh masing-masing pendidik, para tokoh terdahulu maupun tokoh kontemporer berusaha keras untuk mendapatkan konsep pendidikan islam yang ideal dan humanis, berbagai upaya dilakukan sesuai dengan sudut pandang masing-masing, termasuk salah satu tokoh kontemporer hasan langgulung, yang lebih menekankan pada aspek psikologi yang sangat berkaitan dengan pendidikan dan kurikulum yang menurutnya harus selalu berubah demi pengembangan dan perbaikan kurikulum pendidikan islam. oleh karena itu, tawaran hasan langgulung bisa kita cermati kembali untuk rangka islamisasi ilmu pengetahuan yang sesuai dengan al-Qur’an dan hadith

 

  1. Pendahuluan

Pendidikan adalah hal penting yang menjadi sorotan semua bangsa, karena dengan pendidikan dapat diketahui bangsa tersebut bermartabat atau tidak. Pendidikan banyak mnegajarkan kita tentang pentingnya kesadaran diri dalam berbenah, memperbaiki tingkah laku, mampu mempunyai nalar yang kritis dan mampu membaca segala perubahan yang sekali waktu dapat terjadi dan menuntut kita untuk segera berubah dan beranjak dari ketertinggalan. Namun, seringkali kita mengabaikan beberapa hal yang seharusnya menjadi perhatian serius tetapi tidak bisa dilakukan oleh kita karena beberapa hal juga, keterbatasan yang dimiliki oleh setiap individu menuntut individu lain untuk dapat mengatasi berbagai macam persoalan yang terjadi dalam pendidikan.

Hakikatnya, pendidikan merupakan upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penuntun umat manusi dalam menjalani kehidupan dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan dapat dipastikan bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau. Karena itu, secara ekstrim dapat dikatakan bahwa maju mundur atau baik buruknya peradaban suatu masyarakat atau bangsa sangat ditentukan oleh bagaimana proses pendidikan yang dijalani oleh masyarakat bangsa tersebut[1].

Ada banyak tokoh/ pemukir yang tidak pernah selesai mencari inovasi baru dalam rangka menumbuh kembangkan pendidikan yang lebih baik, humanis dan dinamis. Sebagaimana pendidikan islam yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki manusia dan dapat berperilaku baik sesuai dengan kaidah-kaidah islam, menjadikan Al-Qur’an dan Hadith sebagai pedoman dalam menuntun hidup dan mencapai kesempurnaan hidup, semua ini dapat diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan yang baik akan mengantarkan manusia menjadi insan kamil dan dapat menjalankan amanah Tuhan dengan baik untuk menjadi khalifah fil al-ardhi. Tugas berat inilah yang menuntut manusia harus mempunyai pendidikan yang baik.

Upaya dalam perbaikan pendidikan pun terus dilakukan, mulai dari kurikulum, tujuan pendidikan, metode yang harus dipakai pada saat belajar mengajar berlangsung, strategi yang harus digunakan dan lain-lain yang berkenaan dengan pendidikan. Salah satu tokoh pendidikan yang banyak menyumbangkan pemikirannya dalam dunia pendidikan terutama pendidikan islam adalah Hasan Langgulung.

Tulisan ini akan mengulas tentang konsep pemikiran pendidikan islam Hasan Langgulung, sederhananya dari pemikiran pendidikan islam menurut Hasan Langgulung adalah At-Ta’dib, pemikiran ini sejalan dengan yang disampaikan Syeikh Nuqaib Al-Attas, jika Al-Attas dengan konsep at-ta’dib-nya cenderung terhadap ranah afektif, maka pemikiran Hasan Langgulung lebih kepada isi dari pendidikan itu sendiri meliputi perubahan kurikulum, tujuan dan semacamnya serta perubahan tingkah laku seseorang. Maka dari itu, pemikiran ini bisa menjadi salah satu rujukan untuk perbaikan pendidikan di Indonesia terutama pendidikan islam dan menjadi acuan bagi guru-guru dalam melakukan pembelajaran yang lebih baik.

  1. Riwayat Hidup Hasan Langgulung

Hasan Langgulung dilahirkan di Rappang, Ujung Pandang, Sulawesi Selatan, pada tanggal 16 Oktober 1934 dan wafat pada 2 Agustus 2008, di Kuala Lumpur, Malaysia. Semasa hidup, beliau aktif dan mendedikasikan dirinya untuk kemajuan pendidikan dan kemajuan bangsa. Beliau aktif mengajar dibeberapa Universitas, baik dalam negeri ataupun luar negeri. Di Inggris pernah menjadi Visiting Scholar pada Cambridge University 1986. Di Timur Tengah pada tahun 1958-1968 dan tahun 1968-1969, pernah menjadi Headmaster pada Cairo Indonesian School. Tahun 1977-1978, menjabat sebagai Visiting Professor di King Saudi Arabia. Dalam rangka mengemban tugas mulia untuk mendedikasikan ilmunya pula ia mengunjungi Amerika, Eropa, Australia, Jepang dan Negara ASEAN, seperti Malaysia di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM)[2].

Riwayat pendidikan Hasan Langgulung dimulai dari pendidikan formalnya di Sekolah Dasar di Rappang Ujung Pandang tahun 1943-1949, kemudian melanjutkan studinya ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Islam di Ujung Pandang tahun 1949-1952, tahun 1952-1955 ia melanjutkan ke Sekolah Guru Islam Atas Ujung Pandang. Setamat dari pendidikan dasar dan menengah, Hasan Langgulung melanjutkan studinya ke Mesir, yaitu di Islamic studies pada fakultas Dar al-Ulum, Cairo University, tamat tahun 1962 dengan gelar Bachelor of Art (BA). Kemudian pada tahun 1967, ia berhasil menyelesaikan pendidikannya pada jenjang strata dua (S2) dalam bidang psikologi dan Mental Hygiene di Eins Shams University dengan gelar MA. Tidak puas dengan kemampuan yang telah diperoleh, ia melanjutkan kembali studinya pada tingkat strata tiga (S3) di bidang yang sama psikologi di University of Georgia Amerika Serikat dan tamat pada tahun 1971 dengan mempertahankan disertasinya yang berjudul A Cross Cultural Study Of The Child Conception Of Situational Causality in India, Westrn Samoa, Mexico, and the United State[3]. Jika dilihat dari latar belakang pendidikannya dapat dipahami bahwa ia menggeluti bidang psikologi yang erat kaitannya dengan pendidikan, maka tidak heran jika kemudian ia sangat perhatian sekali terhadap pendidikan terutama pendidikan islam. Ia adalah salah sesorang pemikir Muslim Asia Tenggara yang banyak mencurahkan perhatiannya pada Islamisasi Ilmu Pengetahuan , terutama pada bidang pendidikan dan Psikologi . Beliau berupaya untuk memadukan pemikiran pemikiran barat modern dengan pemikiran Islam

Hasan Langgulung seorang pakar ilmuan bidang pendidikan dan psikologi, banyak pemikirannya yang tertuang dan menjadi buku untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Beberapa buku yang telah ditulis terbagi menjadi tiga kategori, bidang pendidikan, psikologi dan filsafat. Salah satu karya-karyanya adalah:

  1. Teori-Teori Kesehatan Mental (1986)
  2. Psikologi dan Kesehatan Mental di Sekolah-Sekolah (1979)
  3. Suatu Analisis Sosio-Psikologi (1979)
  4. Beberapa Tinjauan Dalam Pendidikan Islam (1985)
  5. Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisis Psikologi Dan Pendidikan (1986)
  6. Pendidikan Islam Menuju Abad 21 (1988)
  7. Asas-Asas Pendidikan Islam (1987)

Menulis artikel yang berkenaan dengan tema diatas lebih dari 60 buah, terbit di berbagi majalah baik dalam negeri maupun luar negeri, seperti Journal of Special Psychologi, Journal of Cross-Cultural Psychologi, Islamic Quartely Muslim education Quartely, Dewan Masyarakat, dan lain-lain, serta telah menerbitka buku dalam bahasa arab.[4]

  1. Konsep Pemikiran Pendidikan Hasan Langgulung

Ada tiga kata yang sering dipakai dalam memahami konsep pendidikan yaitu, at-ta’lim, tarbiyah dan at-ta’dib. Kata at-ta’lim digunakan karena firman Allah SWT dalam QS. Al-baqarah ayat 31, sedang kata tarbiyah digunakan sesuai dengan firman Allah QS Al-Isra’ ayat 24, kata at-ta’dib dipergunakan mengacu pada hadith Rasulullah Saw: “Allah mendidikku, maka Dia memberikan kepadaku sebaik-baik pendidikan”. Dari ketiga konsep tersebut Hasan Langgulung cenderung terhadap konsep yang terakhir yaitu at-ta’dib, mengutip dari pemikiran Al-Attas yang berpendapat bahwa ta’lim hanya berarti pengajaran, memiliki arti sempit dari pendidikan, sedangkan tarbiyah cakupannya terlalu luas karena kata tarbiyah tidak hanya digunakan pada manusia saja tetapi juga pada makhluk lain seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan, sedangkan pendidikan yang diambil dari kata education mengacu pada manusia saja, maka menurut Hasan Langgulung kata at-ta’dib lebih tepat karena sudah mencakup dua hal tersebut yaitu at-ta’dib dan tarbiyah, selain itu juga kata at-ta’dib erat kaitannya dengan kondisi islam termasuk dalam sisi pendidikan.[5]

Pendidikan islam menurut Hasan Langgulung, setidaknya tercakup dalam delapan pengertian, yaitu al-tarbiyah al-diniyah (pendidikan keagamaan), ta’lim al-din (pengajaran agama), al-ta’lim al-diny (pengajaran keagamaan), al-ta’lim al-islamy (pengajaran keislaman), tarbiyah al-muslimin (pendidikan oran-orang islam), al-tarbiyah fi al-islma (pendidikan dalam islam), al-tarbiyah ‘indal almuslimin (pendidikan dikalangan orang-orang islam), al-tarbiyah al-islamiyah (pendidikan islami). Dari beberapa definisi Hasan Langgulung, maka pendidikan dalam perspektif islam adalah dapat mengandung pengertian pendidikan /pengajaran keagamaan/keislaman, dan/atau pendidikan/pengajaran agama islam.[6]

Pendidikan menurut Hasan Langgulung harus berpegang pada sumber utama ajaran Islam , di samping juga memanfaatkan produk pemikiran barat modern , terutama dalam maslah psikologi, filsafat dan pendidikan , sehingga teori pendidikannya tampak nuansa kontemporer, yaitu upaya pengembangan pendidikan Islam dengan pendekatan multi disipliner. Dasar (epistemology) yang dijadikan rujukan Hasan Langgulung dalam mengkonstruksi paradigma pemikiran pendidikan Islam adalah Al Qur’an, Hadits, Ijtihad para Sahabat dan para pemikir Muslim baik klasik maupun kontemporer, dan Pemikir Barat.[7]

Pendidikan dapat dilihat dari dua sudut pandang, yang pertama dari sudut pandang masyarakat, artinya pendidikan berarti pewarisan dari kebudayaan dari generasi tua kepada generasi selanjutnya, agar kehidupan tetap berlanjut. Dengan kata lain, masyarakat memiliki nilai-nilai budaya yang ingin diwariskan kepada generasi berikutnya agar tetap terpelihara dengan baik. Kedua, dilihat dari sudut pandang individu, yang berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi,[8] maka dalam hal ini individu harus menggali dan menumbuhkan potensi dalam dirinya supaya dapat bermanfaat bagi dirinya ataupun pada masyarakat.

Maka dalam hal ini, dari kedua sudut pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan sebenarnya merupakan warisan budaya dan harus dikembangkan melalui penggalian potensi yang ada dalam diri manusia, hal ini dimaksudkan untuk keberlangsungan nilai-nilai yang diwariskan oleh generasi tua agar tetap dijaga dan dikembangkan terus menerus secara turun temurun dengan potansi dan bakat yang ada dalam masing-masing individu, keduanya tidak dapat dipisahkan, dan tidak dapat berdiri sendiri, ini yang menurut Hasan Langgulung sebagai bentuk ideal untuk pendidikan islam.

Pendidikan islam menurut Hasan Langgulung merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan memindahkan pengetahuan dan nila-nilai islam yang selaras dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik buahnya di akhirat.[9]

  1. Asas-Asas Pendidikan Islam

Pendidikan islam harus memiliki asas-asas sebagai penguat, asas-asas dalam pendidikan dijadikan pijakan dan tempat untuk membangun dan mengembangkan pendidikan supaya pendidikan tersebut tidak mudah goyah dan tetap kokoh, adapun asa-asas pendidikan menurut Hasan Langgulung: pertama asas historis; asas yang berkaitan dengan pengalaman psotif umat di masa lalu dalam bidang pendidikan yang masih relevan untuk diterapkan. Kedua, asas sosiologis; asas yang berkaitan dengan kesesuaian antara pendidikan yang diberikan dengan keadaan dan perkembangan masyarakat. Ketiga, asas ekonomi; agar pendidikan dapat disesuaikan dengan keadaan ekonomi masyarakat. Keempat, asas politik; agar materi yang diajarkan tidak bertentangan dengan tujuan falsafat serta ideologi ajaran Islam serta Ideologi yang dianut oleh masyarakat. Kelima, asas psikologi; asas yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan manusia sehingga proses pembelajaran dan penggunaan metoden pengajaran sejalan dengan keaddan jiwa peserta didik. Keenam, asas filsafat; asas yang berkaitan dengan visi, misi dan tujuan pendidikan agar sesuai dengan ajaran Islam.[10]

  1. Kurikulum Pendidikan Islam

Hasan Langgulung , dalam membahas kurikulum pendidikan Islam , memberikan definisi seperti pendapat Al Syaibany yaitu: kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan , sosial, olah raga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah untuk murid, baik didalam maupun diluar sekolah dengan maksud menolong perkembangan secara menyeluruh , dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan[11].

Dari definisi diatas dapat dipahami, penekanan pada konsep kurikulum yang dimaksud adalah terletak pada tujuan yang hendak dicapai, pengetahuan, metode dan cara belajar mengajar yang baik serta evaluasi untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang hendak dicapai sesuai dengan tujuan.

Dalam kesempatan lain, Hasan Langgulung menyebutkan kurikulum adalah serangkaian kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan dan di program secara terperinci bagi peserta didik dibawah bimbingan sekolah, baik diluar maupun didalam sekolah demi mencapai tujuan yang diinginkan. Hasan Langgulung menganggap perlu adanya pembaharuan dan pengembangan kurikulum setiap saat karena pengembangan kurikulum merupakan upaya konstruktif untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum dmaksudkan sebagai upaya strategi pengembangan kebudayaan dan peradaban islam. adapun materi yang dimasukkan dalam pengembangan kurikulum mencakup tiga poin, pertama, ilmu yang diwahyukan dari al-Qur’an dan hadith dan bahasa arab. Kedua, ilmu-ilmu yang mengkaji tentang manusia. Ketiga, ilmu alam, seperti fisika, biologi astronomi dll, intinya adalah setiap kurikulum yang dirancang harus membawa pada tujuan yang sama, yaitu membentuk manusia yang beriman dan beramal saleh, sebab setiap pelajaran yang tidak membawa kearah tujuan tersebut akan kehilangan wujud kurikulum.[12]

Sesuai dengan isi kurikulum yang diinginkan oleh Hasan Langgulung, ada empat unsur pokok, yaitu tujuan, pengetahuan, metode dan cara mengajar, serta evaluasi.

  1. Tujuan Pendidikan

Ada dua pokok yang ingin dicapai oleh pendidikan Islam, yaitu; pembentukan insan yang shaleh dan beriman kepada Allah dan agama-Nya dan pembentukan masyarakat yang shaleh yang mengikuti petunjuk agama Islam dalam segala urusannya.[13]

a). Pembentukan Insan Shaleh

Yang dimaksudkan dengan insan shaleh adalah manusia yang mendekati kesempurnaan. Yang dimaksud pembentukan insan shaleh dan beriman kepada Allah tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah kepada-Ku.

(Q.S. 51:56) manusia yang penuh keimanan dan takwa, berhubungan dengan Allah memelihara dan menghadap kepada-Nya dalam segala perbuatan yang dikerjakan dan segala tingkah laku yang dilakukannya, segala fikiran yang tergores dihatinya dan segala perasaan yang berdetak dijantungnya. Ia juga bersifat benar, jujur, ikhlas memiliki rasa keindahan dan memiliki keseimbangan; pertama, Pada kepribadiannya: suatu aspek tidak melebihi yang lain. Jasad, jiwa, akal dan roh semuanya bertumbuh dan pertumbuhannya terpadu   , kedua, Ia memakmurkan dunia dan mengeluarkan hasilnya. Ketiga, Insan shaleh dalam Islam terbuka kepada jagad raya, merasakan bahwa ia sebagian yang tidak terpisah daripadanya dan senantiasa mencari rahasia dan hikmahnya. Keempat, Ia bekerja karena kerja itu pada dasarnya adalah ibadah dan kerjanya itu tidak hanya bertujuan mencari rizki. Kelima, Dalam ibadahnya kepada Allah, ia merasa berdikari, kuat dan kukuh karena ia wujudnya bergantung kepada Allah

b). Pembentukan dan Pengembangan Masyarakat Shaleh

Pendidikan Islam pada tahap pembentukan masyarakat adalah pada perkara-perkara berikut: 1) Menolong masyarakat membina hubungan-hubungan social yang serasi, setia kawan, kerjasama, interindependen dan seimbang 2) Mengukuhkan hubungan di kalangan kaum Muslimin dan menguatkan kesetiakawanan melalui penyantuan pemikiran, sikap nilai-nilai. Ini semua bertujuan menciptakan ksesatuan Islam3) Menolong masyarakat Islam mengembangkan diri dari segi perekonomian 4) Memberi sumbangan dalam perkembangan masyarakat Islam. Yang dimaksud dengan perkembangan adalah penyesuaian dengan tuntutan kehidupan modern dengan memelihara identitas Islam karena Islam tidak bertentangan dengan perkembangan dan pembaharuan Islam. 5) Mengukuhkan identitas budaya Islam Inilah tujuan-tujuan terpenting yang ingin dicapai oleh pendidikan Islam.[14]

  1. Metode dan cara mengajar

Metode dan cara mengajar yang dipakai oleh guru , untuk mendorong murid belajar dan membawa mereka kearah yang dikehendaki oleh kurikulum, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk multi dimensional dan multitalented, suka meniru dan mencoba, maka dalam proses belajar mengajar metode harus sesuai dengan jiwa manusia, bisa menggunakan metode ceramah, Tanya jawab dan semacamnya. Metode harus memperhatikan hal-hal berikut, pertama, metode harus sesuai berkaitan dengan tujuan pendidikan untuk membina peserta didik. Kedua, metode sesuai dengan konsep al-Qur’an dan hadith. Ketiga, guru senantiasa mengarahkan siswa untuk selalu disiplin. Keempat, metode yang diapakai relevan dan menunjang terhadap tujuan dan sesuai dengan asas-asas pendidikan.[15]

  1. Pengetahuan

Pengetahuan ( knowledge) , informasi, data aktifitas, dan pengalaman di mana kurikulum terbentuk yang lazim disebut mata pelajaran.

  1. Evaluasi

Menurut Hasan Langgulung , evaluasi dalam pendidikan Islam adalah mutlak adanya, karena tujuan pendidikan Islam berlaku untuk sepanjang hayat , maka kriteria penilaian juga harus berlainan dengan pendidikan berasal dari falsafah lain. Bukan sekedar lulus ujian saja,namun harus dimasukkan juga kebijaksanaan ( wisdom) dan budi mulia( virtue) sebagai kriteria . Penilaian dalam pendidikan Islam menurutnya tidak mesti bersifat materialistik, kalaupun dipergunakan harus ditunjukkan bahwa ia hanyalah sebagai alat bukan tujuan.

  1. Paradigma Humanisme

Humanisme merupakan kelanjutan dari paradigma progresivisme[16], fokus perhatian humanism adalah manusia (human), dalam pendidikan aliran ini mesti ada walaupun dalam banyak persepsi yang berbeda akan tetapi yang menjadi objek adalah manusia.

Tendensi pemikiran edukatif Dewey dalam kaitan ini lebih mengarah pada sosio-antroposentris, artinya ada hubungan timbale balik antara individu dan masyarakat, oleh karena itu pendidikan harus diselenggarakan dengan memusatkan perhatian pada keduanya. Mengingat masyarakat selalu berkembang dan berubah, nilai-nilai ayng dianggap baik dan buruk bagi individu juga mengalami perkembangan dan perubahan. Bila nilai-nilai, tendensi dan implus tadi dipandang baik oleh masyarakat, maka nilai tersebut dianggap sifat manusia yang baik pula.[17]

Pertanyaan singkat dari Jonh Dewey adalah “does human nature change?”(apakah karakter manusia itu mengalami perubahan), menurutnya jawaban yang tepat atas pertanyaan tersebut adalah bahwa karakter manusia mengalami perubahan.[18]

Berbicara paradigma humanisme dalam pendidikan, barangkali yang dimaksud adalah usaha memanusiakan manusia, menempatkan manusia pada posisi yang benar dan menganggap manusia sebagai mahkluk yang memiliki potensi luar biasa yang perlu digali dan dikembangkan untuk kehidupan yang lebih baik, tidak heran ketika manusia sebagai objek dapat merasakan pendidikan yang bersifat humanis kehidupannya lebih baik karena ia dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan dapat berintereaksi baik dengan masyarakat, perubahan masyarakat yang tidak pasti akan membuat seseorang lebih siap menghadapi berbagai rintangan kalaupun ada.

Konsep humanisme, lebih tepatnya jika mengetahui terlebih dahulu segala sesuatu yang ada dalam diri manusia. Dalam diri manusia terdapat dua unsur yaitu materi/ jasad yang tercipta dari alam semesta ini yang merupakan ciptaan Allah SWT dan harus tunduk dan patuh pada sunnatullah, sedangkan unsure non materi adalah peniupan ruh dalam diri manusia, sehingga manusia merupakan benda organic yang memiliki hakikat kemanusiaan serta mempunyai berbagai alat potensial dan fitrah. Dalam perbincangan para filsof islam, manusia mempunyai bermacam-macam potensi dengan kemampuan yang unik, terdapat tiga potensi jiwa dalam diri manusia, pertama, jiwa tumbuh-tumbuhan (nafs nabatiyah) yang mempunyai tiga daya, daya makan, daya tumbuh dan daya membiak. Kedua, jiwa binatang (nafs hayawaniyah) terdapat dua daya, yaitu daya penggerak bisa berbentuk nafsu, daya menyerap, bisa melalui pancaindera lahir atau batin. Ketiga, jiwa manusia (nafs insaniyah) yang hanya mempunyai daya berpikir yang disebut akal. Akal ini digunakan sebaik mungkin oleh manusia untuk dapat menemukan tempat yang layak dalam lingkungannya, dengan akal manusia dapat menangkap dengan mudah pengertian dan kaidah umum dan harus dikembangkan, digali dan dicari alat-alat potensial tersebut sesuai dengan kemampuan akal yang dapat mencerna. Dengan demikian, memanusiakan manusia (humanis) adalah usaha member kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan alat-alat potensialnya seoptimal mungkin untuk dapat difungsikan sebagai sarana bagi pemecahan masalah hidup dan kehidupan, pengembangan ilmu pegetahuan dan tehnologi serta budaya manusia dan pengembangan sikap iman dan takwa kepada Allah SWT.[19]

Selain potensi yang ada dalam diri manusia, manusia juga memiliki potensi dasar yang disebut dengan fitrah. Fitrah adalah kekuatan atau kemampuan (potensi terpendam) yang menetap pada diri manusia sejak awal kejadiannya, untuk komitmen nilai-nilai keimanan kepada-Nya, cenderung kepada kebeneran dan potensi itu merupakan ciptaan Allah.

Menurut Hasan Langgulung, ketika Allah meniupkan ruh pada diri manusia, maka pada saat itu pula manusia dalam bentuk yang sempurna mempunyai sebagian sifat-sifat ketuhanan, hanya saja kalau Allah serba Maha sedang manusia hanya memiliki sebagian. Misalnya al-‘Aliim (maha mengetahui) manusia juga memiliki potensi untuk mengetahui, ar-Rahman dan ar-Rahim (maha pengeasih dan penyayang) manusia juga memiliki potensi untuk saling mengasihi satu sama lain. Dengan demikian konsep humanis dalam hal ini mengembangkan sebagian sifat-sifat ketuhanan (potensi fitrah) secara terpadu dan diaktualkan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik harus diberikan pemahaman yang berkaitan dengan fitrah dirinya supaya dapat mengembangkan dan mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari hari.[20]

Tidak hanya potensi yang ada dalam diri manusia, manusia memiliki tugas yang lebih berat, yaitu mengemban amanah sebagai khalifah fil ardhi, tugas khalifah adalah menjaga kemakmuran dan keharmonisan di bumi, menjaga kemaslahatannya dan mewujudkan kehidupan yang layak dan terus berkesinambungan.[21]

Dalam hal ini, maksud memanusiakan manusia adalah pertama, memberikan kesempatan kepada manusia untuk menggali potensi dirinya sabagai sarana dalam berbagai macam masalah dalam kehidupan dimasa mendatang, kedua, menumbuhkan sifat-sifat ketuhanan dalam diri manusia supaya manusia dapat meningkatkan kecintaan-Nya kepada Allah dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, ketiga, membina dan mengarahkan manusia untuk dapat mengembang amanah dan tugasnya sebagai khalifah di bumi, mampu menjaga keseimbangan kehidupan di masyarakat.

Dalam pendidikan, pendekatan humanis dalam pendidikan agama islam harus diarahkan pada kemampuan dan potensi yang dimiliki peserta didik. Mengarahkan mereka untuk menjadi manusia yang selalu beriman dan bertakwa kepada Allah, menumbuhkan kesadaran pada peserta didik bahwa kehadirannya di muka bumi adalah sebagai khalifah yang memiliki tugas menjaga kemakmuran bumi dan tidak hanya itu saja, peserta didik diarahkan untuk dapat mengembangkan potensi yang terpendam (fitrah) dalam dirinya yang perlu digali dan dikembangkan sebagai bekal dalam menghadapi persoalan hidup sesuai dengan petunjuk agama islam.

  1. Implementasi Pemikiran Hasan Langgulung Dengan Pendidikan Islam di Indonesia

Dari ulasan tentang konsep pemikiran Hasan Langgulung diatas, jika kita tarik pada kondisi pendidikan di Indonesia. Hasan Langgulung ini kemudian identik dengan gerakan Islamisasi ilmu pengetahuan , yaitu penguasaan disiplin ilmu modern, penguasaan khazanah Islam, penentuan relevansi Islam bagi masing-masing bidang ilmu modern , pencarian sintesa kreatif antara khazanah dengan ilmu modern, dan pengarahan aliran pemikiran Islam kejalan yang mencapai penemuan pola rencana Allah. Sebagai tokoh pendidikan kontemporer Hasan Langgulung adalah seorang pemikir kontemporer yang menaruh perhatian besar terhadap upaya Islamisasi ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang yang ditekuni yaitu psikologi dan pendidikan. Pemikirannya mempunyai relevansi dengan perkembangan sains dan teknologi, serta mengikuti perkembangan zaman, bahkan dalam tulisannya ia berupaya mengantisipasi masa depan, sehingga beliau patut dimasukkan kedalam kelompok modernis.[22]

Dari pemikiran Hasan Langgulung yang mencoba memasukkan ilmu pengetahuan terhadap pendidikan islam dengan tetap mempertahankan pendidikan islam itu sendiri, yang mengacu pada al-Qur’an dan hadith, dapat kita temukan beberapa lembaga pendidikan islam yang bercorak islamisasi ilmu pengetahuan, seperti yang kita ketahui UIN Maliki Malang, memasukkan ilmu-ilmu pengetahuan dengan tetap mempertahankan pendidikan islam yang menjadi prioritas, sebagai penyeimbang dan menemukan relevansi antara ilmu pengetahuan dan ilmu agama yang mana dari kedua ilmu tersebut semuanya bersumber dari al-Qur’an dan hadith, maka dengan demikian ilmu agama dalam pendidikan islam tidak akan hilang dan tergusur oleh ilmu pengetahuan. Walaupun tidak dapat kita pungkiri bahwa kenyataan pendidikan islam di Indonesia hampir tergusur oleh pendidikan umum dengan corak ilmu pengetahuan, terbukti banyak anak didik yang lebih tertarik terhadap ilmu pengetahuan dan seakan-akan menghilangkan khazanah keilmuan islam itu sendiri.

Penulis sendiri setuju dengan pendapat Hasan Langgulung, terutama pada pengembangan kurikulum, haruslah berubah sekali waktu demi perbaikan pendidikan, dan harus berubah setiap saat. Hal ini sudah Nampak pada kurikulum pendidikan di Indonesia walaupun tidak dipungkiri bahwa perubahan kurikulum di Indonesia justru banyak mempersulit para pendidik terlebih dengan kurikulum 2013 yang baru-baru ini menjadi trending topic dalam pendidikan, namun penulis yakini bahwa perubahan kurikulum dimaksud untuk perbaikan dan pengembangan pendidikan yang lebih ideal, dinamis dan humanis.

Menurut penulis, islamisasi ilmu pengetahuan harus kita lakukan, karena beberapa factor yang tidak bisa dihindari, pertama, arus globalisasi yang menekankan pada ilmu pengetahuan dan tehnologi, kedua, ilmu al-Qur’an banyak menjelaskan tentang ilmu-ilmu pengetahuan, hal ini adalah upaya untuk membuktikan bahwa semua ilmu bersumber dari al-Qur’an dan hadith, sebagaimana yang diungkapkan Hasan Langgulung.

  1. Penutup

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan, Hasan Langgulung dalam konsep pendidikan islam menggunakan istilah at-ta’dib, menurutnya kata ini sudah mewakili dua kata sebelumnya yaitu ta’lim dan tarbiyah. Kata at-ta’dib tidak hanya pada proses transfer ilmu tetapi juga transfer nilai yang dimiliki oleh pendidik, dengan begitu pendidik tidak hanya pintar ilmu saja tetapi harus memiliki nilai-nilai yang bisa diberikan kepada peserta didik. Begitu juga konsep kurikulum yang ditawarka Hasan Langgulung adalah konstruk kurikulum hendaknya berubah dan perubahan itu sesuai dengan pengawasan dan arahan dari sekolah, kurikulum tersebut ddilakukan oleh sekolah tidak hanya pada saat peserta didik belajar di sekolah tetapi hal itu juga berlaku ketika peserta didik berada diluar sekolah, rumah dan masyarakat.

 

DAFTAR PUSTAKA

Assegaf, Abd Rahman. Cet-2, 2012. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Harto, Kasinyo, 2002 Rekontruksi Pendidikan Islam, dalam Jurnal Pendidikan Islam Conciencia, No. 2 Volume II,

Kurniawan, Samsul, Erwin Mahrus, 2012 Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, Yogyakarta: ar-Ruzz Media

Muhaimin, 2012. Paradigm Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Disekolah). Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Muhaimin. Cet-4, 2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Nata, Abuddin , 2013,Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

http//anwarbook.blogspot.in/2011/11/pemikiran-hasan-langgulung.html?m=1

syafieh.blogspot.com/2013/02/pemikiran-pendidikan-hasan-langgulung.html?m=1

Samsul, Ramayulis. 2009. Filsafat Pendidikan Islam, Telaah System Pendidikan Dan Pemikiran Para Tokohnya, Jakarta: Kalam Mulia

[1] Kasinyo Harto, Rekontruksi Pendidikan Islam, dalam Jurnal Pendidikan Islam Conciencia, No. 2 Volume II, Desember 2002, 89

[2] Samsul Kurniawan dan Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, (Yogyakarta: ar-Ruzz Media, 2012), 271

[3] Ibid, 272

[4] Ibid, 273

[5] Ibid, 274

[6] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (bandung: PT Remaja Rosdakarya, cet- 5), 38

[7] http// syafieh.blogspot.com/2013/02/pemikiran-pendidikan-hasan-langgulung.html?m=1

[8] Samsul Kurniawan, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, 275

[9] http//bank-ilmu.blogspot.com/2007/04/artikel/html

[10] Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), 347

[11] http// anwarbook.blogspot.in/2011/11/pemikiran-hasan-langgulung.html?m=1

[12] Samsul Kurniawan, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, 279- 280

[13] Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, 342

[14] http// anwarbook.blogspot.in/2011/11/pemikiran-hasan-langgulung.html?m=1

[15] Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan,346

[16] Progresivisme adalah suatu aliran yang menekankan bahwa pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepada peserta didik tetapi hendaklah berisi aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir mereka sedemikian rupa sehingga mereka dapat berpikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti memberikan analisis, pertimbangan dan pembuatan kesimpulan menuju pemilihan alternative yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Disebut juga instrumentalisme karena beranggapan kemampuan intelegensia manusia sebagai alat untuk hidup, untuk mengembangkan kepribadian manusia, dengan kata lain progresivisme adalah aliran yang menginginkan kemajuan secara cepat. (Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2009. 40.

[17] Abd Rahman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, cet-2, 2011), 212

[19] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, cet-4, 2010), 143-148

[20] Ibid, 149-150

[21] Ibid, 155-157

[22] http// anwarbook.blogspot.in/2011/11/pemikiran-hasan-langgulung.html?m=1

One thought on “PENDIDIKAN ISLAM MENURUT HASAN LANGGULUNG

Leave a comment